Kamis, 09 Oktober 2014

Soal Menemukan Siapa Tuan

Hampir satu jam lebih memandangi layar microsoft word tanpa bisa menuliskan satu kalimat pun. Sebagai penulis gagal, tentu saja saya merasa berhasil menjadi gagal. Mungkin ini salah satu pencapain terbesar saya. Tiba-tiba teringat ketika masa kuliah. Mungkin efek diam di kosan sambil ditemani lagu panas dalam yang selalu saya dengarkan semasa belia.

Syahdan, kala itu saya orang yang termasuk rajin menulis. Beberapa tulisan saya bahkan selalu masuk ke sebuah buletin mingguan kampus yang saya buat sendiri. Yah, walaupun pada akhirnya buletin yang rajin mengkritik para teknokrat itu harus berhenti terbit karena dibredel oleh mahalnya harga fotokopian waktu itu.

Ada pesan yang selalu saya simpan, baik kepada diri saya sendiri maupun kepada orang yang selalu bertanya, darimana bisa dapat ide menulis. Tiba-tiba ini menjadi hal yang menakutkan bagi saya pribadi. Apa yang harus saya tulis sekarang? Bagaimana kalau tulisan saya jelek? Bagaimana kalau ternyata tulisan saya acak-acakan seperti hidup yang pernah saya jalani dulu? Lalu, darimana saya bisa mendapatkan ide untuk menulis? Strukturnya seperti apa? nanti siapa yang baca? Sial! Banyak sekali ketakutan yang akhirnya sering membuat saya untuk berhenti menulils.
Satu hal yang tiba-tiba kembali menerpa pikiran saya adalah bahwa saya selalu berpikir bahwa tidak memiliki ide untuk menulis pun adalah sebuah ide! Tentu saja kebuntuan ini bisa berubah menjadi sebuah tulisan. Sebuah tulisan, kita tidak sedang membicarakan tulisan itu baik atau tidak, layak baca atau tidak, memiliki esensi atau tidak.

Tulisan ini lahir dari kebingungan, kesendirian, ketakutan ditelan kesibukan dan kekhawatiran kehilangan diri sendiri.  Kata seorang teman, menulis jangan dijadikan beban, tapi sebuah rekreasi rohani untuk membebaskan pikiran dari ketumpulan. Saya setuju, walaupun saya sering tidak tahu apa yang harus saya tuliskan. Tapi, tidak memiliki ide pun adalah sebuah ide. Ah tapi masa harus terus-terusan! Mungkin saya harus mengikuti jejak Plato yang memanggil Socrates dari kematian. Saatnya memanggil Plakon dan Aristol dari sabda persemayaman.


Jakarta 8 Oktober yang panas karena kipas angin mati. Ah sialan! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar