Hampir
satu jam lebih memandangi layar microsoft word tanpa bisa menuliskan satu
kalimat pun. Sebagai penulis gagal, tentu saja saya merasa berhasil menjadi
gagal. Mungkin ini salah satu pencapain terbesar saya. Tiba-tiba teringat
ketika masa kuliah. Mungkin efek diam di kosan sambil ditemani lagu panas dalam
yang selalu saya dengarkan semasa belia.
Syahdan,
kala itu saya orang yang termasuk rajin menulis. Beberapa tulisan saya bahkan
selalu masuk ke sebuah buletin mingguan kampus yang saya buat sendiri. Yah,
walaupun pada akhirnya buletin yang rajin mengkritik para teknokrat itu harus
berhenti terbit karena dibredel oleh mahalnya harga fotokopian waktu itu.
Ada
pesan yang selalu saya simpan, baik kepada diri saya sendiri maupun kepada
orang yang selalu bertanya, darimana bisa dapat ide menulis. Tiba-tiba ini
menjadi hal yang menakutkan bagi saya pribadi. Apa yang harus saya tulis
sekarang? Bagaimana kalau tulisan saya jelek? Bagaimana kalau ternyata tulisan
saya acak-acakan seperti hidup yang pernah saya jalani dulu? Lalu, darimana
saya bisa mendapatkan ide untuk menulis? Strukturnya seperti apa? nanti siapa
yang baca? Sial! Banyak sekali ketakutan yang akhirnya sering membuat saya
untuk berhenti menulils.
Satu
hal yang tiba-tiba kembali menerpa pikiran saya adalah bahwa saya selalu
berpikir bahwa tidak memiliki ide untuk menulis pun adalah sebuah ide! Tentu
saja kebuntuan ini bisa berubah menjadi sebuah tulisan. Sebuah tulisan, kita
tidak sedang membicarakan tulisan itu baik atau tidak, layak baca atau tidak,
memiliki esensi atau tidak.
Tulisan
ini lahir dari kebingungan, kesendirian, ketakutan ditelan kesibukan dan
kekhawatiran kehilangan diri sendiri. Kata seorang teman, menulis jangan dijadikan
beban, tapi sebuah rekreasi rohani untuk membebaskan pikiran dari ketumpulan.
Saya setuju, walaupun saya sering tidak tahu apa yang harus saya tuliskan.
Tapi, tidak memiliki ide pun adalah sebuah ide. Ah tapi masa harus
terus-terusan! Mungkin saya harus mengikuti jejak Plato yang memanggil Socrates
dari kematian. Saatnya memanggil Plakon dan Aristol dari sabda persemayaman.
Jakarta
8 Oktober yang panas karena kipas angin mati. Ah sialan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar