Jumat, 11 April 2014

Tentang Kata Hati, Heart Emergency, TNSALOA.


Gairah menulis jadi menurun setelah melupakan password jurnalfersap.blogspot.com. Rasanya seperti kehilangan seorang teman bercerita. Blog tersebut sudah menemani selama dua tahun. Selain mendengarkan saya bercerita, blog itu merupakan ‘mak comblang’ saya dengan si pacar. Rasanya sedih, sedih tidak berkesudahan (Ini lebay tapi serius).
Anyhey, beberapa minggu kemaren beli buku Kata Hati, Heart Emergency, sama The Not So Amazing Life of Amrazing (TNSALOA). Ini merupakan pengalaman baru bagi saya. Sebagai warga Indonesia yang krisis identitas, saya lebih banyak baca buku terjemahan daripada penulis Indonesia. Paling Adithya Mulya dan Pidi Baiq yang bukunya sering saya beli. Sebetulnya, alasan utama saya membeli buku-buku tersebut adalah ingin belajar menulis. Ingin belajar menulis novel teenlit. Ingin belajar menulis layaknya seorang remaja yang sedang jatuh cinta. Karena sebelumnya, saya tidak pernah menulis serius, selalu menulis acak-acakan. Alasannya sederhana, kalau ada orang yang bilang tulisan saya jelek saya tinggal beralasan “Ah itu nulisnya nggak serius!”. Di luar alasan berazas manfaat tersebut, ketiga buku itu sering mendapat pujian dari orang-orang yang membacanya (Masa muji tapi nggak baca? Duh!) maka saya penasaran. Iya seriusan, penasaran!
Alkisah, pada suatu hari yang selasa. Selepas saya membeli ketiga buku tersebut. Kata Hati merupakan novel yang pertama say abaca. Novel tersebut mau diangkat menjadi sebuah film layar lebar. Selayaknya arwah, saya penasaran. Sebagus apakah novel tersebut? Akhirnya dalam waktu kurang dari dua jam novel tersebut selesai saya baca. Reaksi saya waktu itu, “What The Fuck?” sambil melempar novel tersebut masuk ke tumpukan buku yang telah saya baca. Mengecewakan, buat saya Kata Hati itu cerpen bukan Novel. Ceritanya terlalu sederhana dan tidak terlalu istimewa, pun cara bertuturnya biasa saja. Saya menyimpan pertanyaan, kenapa bisa novel itu diangkat ke layar lebar?  Saya memiliki ekspektasi yang sangat tinggi, mengingat penulis Kata Hati sering memberikan tips menulis di akun twitternya. Tentu, saya beranggapan beliau memiliki skill menulis yang mumpuni.
Novel kedua, Heart Emergency. Saya sering membaca blog falla adinda, penulis Heart Emergency. Saya menyukai cara beliau bertutur dalam blognya, romantis. Sebagai orang yang ingin menulis novel percintaan, tentu romantis merupakan modal yang sangat penting. Alhasil, beli-lah saya novel Heart Emergency. Novel yang selesai hanya dengan sekali duduk. Novel yang banyak memuat dialog bahasa inggris ini membuat saya pusing. Sebagai orang yang memiliki kemampuan bahasa terbatas, membaca tulisan bahasa inggris bikin kepala pening. kalo dalam bahasa anak muda “Nggak worth it banget” baca bahasa inggris dalam buku model begini. Terlepas dari itu, ternyata gaya menulis Falla jauh berbeda antara novel dengan blog. Tentu saya kecewa, karena yang menjadi target saya adalah gaya menulis bukan komposisi cerita. Saya kembali gagal.
Terakhir, TNSALOA. Isinya kumpulan kisah nyata dari @Amrazing selama beliau menjual Handphone. Apa yang bisa diharapkan dari buku seperti ini? Itu pertanyaan yang pertama kali muncul dalam benak saya. Ternyata, TNSALOA adalah sebuah jalan berliku. Pada satu tikungan, kita diajak tertawa terbahak-bahak melihat perilaku-perilaku absurd orang-orang yang membeli hape.  Di belokan berikutnya kita diajak untuk merenung tentang arti hidup ini (Tsaah). Tapi serius, banyak cerita yang menyentuh hati. Kalau masalah cara bertutur bagus atau tidak, itu saya tidak tahu. Karena saya bukan penulis professional, masih amatir. He he.
Teman saya tertawa ketika saya menulis post ini. Saya bilang padanya, saya membuang-buang waktu dengan membaca Kata Hati dan Heart Emergency. Kata dia, bukan salah kedua buku tersebut. Tapi salah ekspektasi saya yang berlebihan. Dan kebiasaan membaca buku-buku serius membuat otak saya susah buat diajak cair. Barangkali ini masalah selera, saya yang gemar makanan asin dipaksa untuk mencicipi makanan manis.  Pasti bilang makanan itu kurang enak. Atau mungkin, makanan itu memang kurang enak. :0
Biasanya saya mereview buku dengan sangat nista. Tapi sekarang tidak, karena takut. Saya juga memiliki cita-cita menerbitkan novel. Naskah novel yang sudah saya kirimkan tapi belum juga mendapat jawaban. Tapi tetap harus berhati-hati, siapa tahu karma itu ada dan menunggu. Nanti novel saya dibantai habis-habisan. Walaupun sebetulnya saya rela, kenapa? Karena saya tidak pernah mengklaim diri sebagai seorang penulis. Lagipula, ada orang yang bersedia baca saja saya bersyukur, apalagi orang yang bersedia memberikan review?. – Regard @_fersap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar