Minggu, 13 Januari 2013

Senyum


 Dia mengeratkan pegangan, sementara tanganku mengencangkan kecepatan.
Cipratan air hujan membuat kita mengutuk kemudian saling tertawa.
Dia bilang kedinginan, sambil mendekapkan diri begitu dekat.
Aku tetap berjalan, berusaha menjaga keseimbangan
“Aku sayang kamu.” Katanya, pelan.
“Aku juga.” Kataku sambil tetap menatap jalan.
“Aku ingin kamu.” Kataku kemudian, sambil menolehkan muka padanya.
Aku melihat senyumnya sekilas. Mataku harus kembali ke jalan, menjaga laju sepeda motorku.
Aku masih menyisakan senyumnya dalam benakku.
Sampai...
Bus besar itu mengagetkanku!
Aku mencium bau karet terbakar!
Aku berusaha bangkit, menendang sepeda motor yang menindih.
Aku mengangkat kepala, meski semuanya terasa berat.
Di mana dia!
Aku mulai panik.
Dia di sana!
Tertidur dengan damai, diantara besarnya lingkaran ban.
Dia di sana!
Menatapku penuh harap, sambil mengangkat tangan kanannya.
Lalu tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar