Dia mengeratkan pegangan, sementara tanganku
mengencangkan kecepatan.
Cipratan air hujan membuat kita
mengutuk kemudian saling tertawa.
Dia bilang kedinginan, sambil
mendekapkan diri begitu dekat.
Aku tetap berjalan, berusaha
menjaga keseimbangan
“Aku sayang kamu.” Katanya, pelan.
“Aku juga.” Kataku sambil tetap
menatap jalan.
“Aku ingin kamu.” Kataku kemudian,
sambil menolehkan muka padanya.
Aku melihat senyumnya sekilas. Mataku
harus kembali ke jalan, menjaga laju sepeda motorku.
Aku masih menyisakan senyumnya dalam
benakku.
Sampai...
Bus besar itu mengagetkanku!
Aku mencium bau karet terbakar!
Aku berusaha bangkit, menendang
sepeda motor yang menindih.
Aku mengangkat kepala, meski
semuanya terasa berat.
Di mana dia!
Aku mulai panik.
Dia di sana!
Tertidur dengan damai, diantara
besarnya lingkaran ban.
Dia di sana!
Menatapku penuh harap, sambil
mengangkat tangan kanannya.
Lalu tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar