Sabtu, 29 Januari 2011

tentang polisi lalu lintas

Barusan saya pulang, barusan saya kena macet, barusan saya lewat jalan merdeka, barusan lewat Polwiltabes Bandung. Barusan saya mengetahui bahwa banyak tanda P coret alias dilarang parkir di sepanjang jalan tersebut. Barusan saya liat banyak mobil parkir tepat dibawah tanda itu Barusan saya liat lagi bahwa banyak polisi disitu. Barusan saya sadar telah mengetik kata barusan di setiap awal kalimat. Saya sedang bersama teman saya, tepat di depan Polwiltabes Bandung saya berbisik kepada dia, “gimana kalau kita bakar aja?” sambil menunjuk ke arah Polwiltabes. Usulan yang segera ditolak oleh beliau. Oh ya saya tau jangan membakar seluruh institusi polisi, cukup bagian lalu lintas saja, saya usulkan lagi kepada dia, tetap ditolak. Kok dia apatis banget sih, heran.

Saya mau posting tentang polisi, tapi takut ditangkap lalu dimasukkan ke penjara. Memang masuk penjara itu cita-cita saya, tapi tidak sedikitpun saya mau jadi homo. Entah sih, yg saya lihat di film-film bahwa penjara itu identik dengan ke-homo-an. Tapi sebetulnya saya tidak membicarakan polisi, tapi polisi lalu lintas. Paling tidak kelak saya cuma digebugin sama polantas saja. Karena saya hanya “membicarakan” polantas bukan polisi secara keseluruhan. Saya tau saya memang pandai mencari alasan.

Siapa yg tidak pernah berurusan dengan polantas? Ah kalau kalian pengguna kendaraan pasti pernah, atau paling tidak melihat pengendara lain berurusan dengan polantas. Emang polantas itu paling gampang ditemui, di jalan banyak berserakan. Di perempatan, di pos-pos, atau di kios-kios tempat mereka biasa bersembunyi, biasalah menunggu mangsa. Menurut saya polantas ini merupakan bagian yg paling mencemarkan nama baik polisi, bagian yg paling dibenci masyarakat, bagian yg paling merendahkan institusi sendiri. Ini serius, paling tidak saya mencatat 5 alasan kenapa polantas adalah “musuh” masyarakat dan musuh polisi itu sendiri.

  1. Memiliki harga yg murah.

Saya juga pernah muda loh, pernah berurusan sm polantas. Istilahnya hukumnya “sidang ditempat” istilah umunya “damai”. apapun kesalahannya, tarif bisa nego kok, saya pernah menyuap SEBESAR Rp. 3000, harga (diri) polantas murah banget kan? Kalau mau korupsi yg banyakan dikitlah, masa duit Rp. 3000 aj diembat juga.

  1. Suka ngelanggar aturan

Ini yg paling menyebalkan, kalau masyarakat biasa ngelanggar dikit langsung hajar deh. Ngegiles garis di perempatan aja bisa kena tilang, tp kl polantas kayaknya bebas, mau ngelanggar aturan dimanapun ga ada yg nilang. Emang rugi jd masyarakat di Indonesia itu, dianiaya terus.

  1. Galaknya ampun dah.

saya bingung mau menyebut mereka galak apa arogan. Sering mereka memperlakukan pengendara dengan tidak sopan, meski pengendara itu orang tua sekalipun. Arogannya ampun, apalagi kalau kalian salah, pasti kalian dibentak-bentak, diperlakukan mirip maling, seenaknya. Kalaupun mereka salah, ka nada prosedur hokum yg jelas, tinggal diberikan surat pelanggaran. Kebanyakan polisi suka ngomong macem-macem yg bikin pengendara sakit hati.

  1. Tebang pilih.

Saya ngegiles garis putih di perempatan eh ditilang, lha itu mobil-mobil yg di depan Polwiltabes Bandung jelas-jelas melanggar P coret (dilarang parkir) kenapa dibiarkan saja? Apa perlu saya ajak seantero polisi lalu lintas periksa mata? Takutnya ada yg salah dengan penglihatan mereka. Mungkin semakin mewah kendaraan yg digunakan semakin kebal hukum, kasian sekali kami masyarakat kecil. Saran saya lebih baik dicabut aja semua tanda dilarang parkir di jalan merdeka itu. Polisi seperti menelanjangi dirinya sendiri, membiarkan pelanggaran di depan mata mereka.

  1. Suka bersembunyi

Saya pernah, suatu hari mau belok ke kanan, ada polisi di depan saya, dia tidak melarang saya belok ke kanan, saat jalan sudah sepi saya pun belok dengan PD, sial ternyata saya diberhentikan, lalu diberitahu bahwa dilarang belok ke kanan, sianying! Padahal sebelumnya polisi itu tersenyum, saya gagal menerima senyumnya sebagai ucapan “nah makan siang menghampiri”, pasti setelah perempatan-perempatan banyak nih polisi model gini, waspadalah!

Sementara itu saja sih, poin-poin tambahan kelak akan saya pikirkan, intinya jangan pernah mau berurusan dengan polantas, jangan melanggar lalu lintas, walaupun cuma ngegiles garis putih di perempatan. Nantilah kalau saya jadi gubernur atau presiden, polisi itu harus dibenahi, terutama polantas, kasian kan institusi polisi secara keseluruhan namanya jadi buruk. Semua analisis itu berdasarkan pengalaman saya, jadi itu nyata bukan fiksi, boleh setuju boleh tidak, tapi saya yakin banyakan yg setuju daripada yg tidak. nah, kalau misalkan dalam dua hari saya tidak posting apapun, kalian tahu kan apa alasannya? Segera buat group “bebaskan Feryan saputra”.

2 komentar:

  1. seringb beredar fotot2 polisi yg melanggar lalu lintas

    pengen rasanya nujukin ke dia itu pasal dan ayat berapa, serta dendanya apa

    BalasHapus
  2. waaaaaaa muantab bro artikelnya...!!!! :D

    ohya sedikit mengatasi polisi arogan, seumpama dipersulit laporin aja ke PROVOS. biar kapok sekalian..!!

    BalasHapus