Kamis, 27 Januari 2011

tentang nasib mahasiswa

Saya bingung dengan konsep kuliah, saya sudah bayar mahal di kampus ini, tapi apa yang saya dapatkan coba? Saya malah jadi pesuruh, disuruh mengerjakan ini, disuruh mengerjakan itu, harus begini, harus begitu, ya Tuhan, manusia mulai melupakan konsep pembeli adalah raja. Dari sini saya yakin bahwa sistem pendidikan kita memang salah! Bayangkan hampir 3 hari saya bosan membuat yang namanya makalah, mata sudah belel, waktu untuk tidur berkurang, apalagi waktu untuk pacaran, kasian pacar saya karena harus menemani saya tiap malam begadang. Saya semakin membenci kuliah.

Ini hari terakhir ujian akhir semester, sejak hari pertama ujian saya memang rajin terlambat, entah sih padahal perasaan saya sudah berusaha hadir tepat waktu, saya jadi menaruh curiga, jangan-jangan pengawas itu memiliki ilmu mempercepat waktu sehingga menyebabkan saya terlambat, mungkin ini semacam konspirasi untuk menjegal mahasiswa rajin macam saya. Anyhey itu ujian terakhir saya, selanjutnya tinggal mengurusi seminar dan skripsi. Saya sudah berkiprah selama 7 semester di kampus ini, lebih banyak duka daripada suka, lebih banyak kecewa daripada ketawa, lebih banyak memberi daripada menerima. Saya melihat bahwa mahasiswa rentan sekali dirugikan. Lihat mahasiswa bayar mahal tapi mereka malah senang ketika dosen tidak ada, saya juga sih begitu, padahal menerima pengajaran itu kan hak mahasiswa. Mahasiswa datang terlambat dilarang masuk oleh dosen. Hal serupa tidak bisa diaplikasikan kalau dosen itu terlambat, kalau dia dilarang masuk, rugi lagi mahasiswa tidak mendapatkan haknya, kalau dia boleh masuk, jelas ini tidak adil, mahasiswa masih dirugikan bukan? Kasus lain datang, dosen tidak hadir, mahasiswa mutlak dirugikan, sang dosen bermaksud mengganti dan memindahkan jadwal di hari lain, tetap mahasiswa dirugikan mereka harus meluangan waktu ekstra buat sang kuliah tamabahan, kalau tidak mengikuti kuliah tambahan ya tambah rugi jelas. Tapi ada yang paling rugi, yaitu dosen yang sama sekali tidak pernah hadir tapi memiliki absensi full, bagi saya ajaib, kalau kalian bertanya apakah ada dosen seperti itu? Jawabannya ada! Kalau tidak percaya, tuk main-main ke kampus saya.

Kasian memang nasib mahasiswa. Harusnya ada lembaga yg melindungi nasib-nasib mahasiswa dari ketidakadilan. Semacam YLKI, lembaga itu harus berdiri di luar kampus. bahkan bila perlu menjadi salah satu petimbangan BAN PT dalam memberikan akreditasi. Kenapa harus terpisah dari lembaga kampus bersangkutan, karena yang saya rasakan, kalau yang protes dari dalam, lembaga intern cukup diberikan janji, ke depannya sih sama seperti pisau yang tajam ke bawah tapi tumpul keatas. penegakan aturan tegas bagi mahasiswa tapi normatif bagi dosen. Nantilah saya bikin lembaga semacam itu, biar kalian para mahasiswa tidak diperlakukan semena-mena, dan mendapatkan hak-hak penuh sebagai mahasiswa, tentu sesuai dengan rupiah yang dikeluarkan. Karena ada loh salah satu Universitas di Bandung, dengan biaya yang relatif mahal, tapi fasilitias yang didapatkan minim sekali. Kampus yang berbiaya lebih murah sudah mampu mengakses nilai melalui internet, sementara kampus ini masih menggunakan komputer, mending kalau komputer berjumlah banyak, ini satu fakultas hanya tersedia 2-3 yang harus diakses ribuan mahasiswa, itupun kalau komputernya tidak mati. Kampus ini tahu betul bagaimana membuat mahasiswa antri. Tempat parkir yang sulit, bahkan untuk parkir motor saja harus nyuri-nyuri jalan Pemerintah Bandung, kasian yah kampus ini. Kampus ini bernama UNISBRA Universitas Islam Brazil. Oooh pantas saja.... kasian...

4 komentar:

  1. oh untung saja, saya pikir yang anda masksud itu kampus saya, soalnya mirip kasusnya. nama kampus saya UIB

    BalasHapus
  2. Jangan jadi beban. ikuti aja prosedur yang ada. saya yang sudah menginjak semester 12 masih enjoy..hehe.. (kok bangga?) :(

    BalasHapus
  3. duh mahasiswa nya kok ngeluhh yaaa...nasib bangsa ada di tanganmu pemuda :)

    BalasHapus
  4. @tirr
    meningan baca yg bener dulu baru komen.

    BalasHapus