Rabu, 07 Juli 2010

tentang masa Sma

Saya selalu merasa bahwa sesungguhanya saya merupakan orang inggris yg nyasar dan berkelana di Indonesia. Pasalnya selain saya benci dengan pelajaran bahasa Indonesia, nilai bahasa inggris saya selalu diatas nilai bahasa Indonesia, sebuah penjajahan mutlak bangsa inggris atas bangsa indonesia sodara-sodara.

Anyhey, ada sebuah kejadian memalukan yg saya ingat sampai detik ini. Alkisah suatu hari si ibu mengadakan test, nah dia bilang sambil mengingat masa-masa kecil kami, maka pelemparan pertanyaan dilakukan dengan menggunakan penghapus yg diputar berkeliling sambil bernyanyi, ya layaknya orang berulang taunlah, dimana nyanyian tersebut berhenti, maka dialah yg mendapat pertanyaannya. Bila tidak bisa menjawab maka dia harus berdiri di depan lalu menyanyi lagu anak-anak, sudah kubilang mirip pesta bocah lima tahun yg merayakan pernikahan keduanya. Beberapa teman saya sudah tampil di depan kelas, dasar nasib saya naas, akhirnya si penghapus sial itu berhenti di depan saya. Tanpa pikir panjang dan penuh percaya diri saya berjalan ke depan. Setibanya di depan lalu saya bingung dan heran kenapa mereka semua tertawa. Si ibupun dengan cuek bertanya. “mau kemana fer?” ya aloh itu meraka anak-anak sialan semakin keras tertawa. Saya masih celingukan, lihat sana-sini semua orang tampak bahagia, sekali lagi saya berada di dalam posisi yg sulit. Sambil menggaruk kepala dan nyengir dan bingung lalu saya sadar, bahwa berdasarkan aturan yg dibuat semena-mena oleh si ibu, orang yg kedepan itu adalah mereka yg tidak mampu menjawab pertanyaan yg diberikan, sementara saya belum juga dikasih pertanyaan sudah langsung main berjalan ke depan. Alhasil saya pun berjalan menuju bangku saya yg sialnya berada di belakang. Perjalanan menuju tempat sialan itu terasa panjang, ditengah suasana tawa yg masih mendera, oh Tuhan Rasanya saya ingin pensiun sekolah waktu itu juga. Ini adalah tragedy kedua bersama guru bahasa Indonesia tercinta.

Adegan lainnya yg masih saya ingat adalah sewaktu disuruh berpidato oleh guru bahasa Indonesia lainnya. saya tau saya sangat pandai dalam hal ini, begitu pula dengan teman-teman lainnya, banyak orderan kepada saya untuk membuat teks pidato, oh ya ini adalah momen yg langka, mengingat biasanya saya mengemis kepada mereka jawaban ujian. Wah pidato mereka panjang-panjang, bagus-bagus, sementara saya, dengan nada sombong saya bilang bahwa saya tidak memerlukan teks seperti orang-orang. Ketika nama saya dipanggil. Feryan Saputra. Ah nama yg indah. Saya tau teman-teman berharap sebuah pidato yg indah dari saya. Saya pun lalu melangkah ke depan seperti sukarno yg hendak berorasi.

“ass.wr.wb. rekan rekan sekalian, Jendral Polisi Sutanto terpilih menjadi Kapolri menggantikan jendral Polisi Dai Bahtiar.” Di sini saya diam untuk beberapa detik, entah kenapa saya hobi celingukan kesana kemari dengan muka saya yg tidak terkontrol. Saya pun tetap diam, sementara teman-teman saya masih sabar menantikan kata per kata dari saya, pun si ibu hanya terdiam memandangi saya dengan terpesona. Lalu saya pun melanjutkan. “sekian dan semoga sukses”. Itu adalah pidato paling pendek dikelas saya, sekali lagi saya berhasil menjadi pria penghibur di kelas, sementara rekan-rekan saya tertawa, saya berjalan dengan santai kembali ke peraduan, bedanya kali ini saya tidak perlu menanggung malu, karena saya melakukan itu dengan sengaja. Sebetulnya si ibu memaksa saya untuk pidato lagi, tapi saya bilang bahwa itulah pidato saya yg cukup lumayan panjang. Si ibu Cuma tersenyum, lalu selanjutnya dia mendakwa saya tidak akan lulus UAN, goblog!.

Ah tapi itu masih kalah dengan apa yg saya lakukan di lab. Kimia waktu itu. mengingat saya adalah orang yg paling bodoh di kelas, maka kerjaan saya setiap kali praktikum adalah. Kucing-kucingan, mengganggu jalannya praktikum, mencampur cairan kimia seenaknya, atau menukar cairan kimia, bagaimanapun caranya supaya semua orang gagal prkatikum.

Suatu hari si ibu bilang, bahwa kelas kami akan dijadikan kelas percobaan praktikum, oh ya saya berada di kelas ipa unggulan sodara-sodara, makanya praktikum kami akan didokumentasikan untuk kelak dikirimkan sebagai bahan studi banding entah ke Uganda atau Zimbabwe saya lupa lagi. Maka si guru berpesan kepada kami untuk menggunakan berbagai alat dengan benar, karena akan didokumentasikan melalui handycam. Asik kami pun merasa menjadi artis.

Tiba saat kami praktikum, ketika itu kami harus kencing dulu, mengingat saya selalu menunjuk diri saya tanpa persetujuan orang lain, maka saya tunjuk saya untuk kencing dulu. Sekalian kekantin, sekalian ngeceng, sekalian jajan. Itu air kencing saya abadikan dalam sebuah toples, lalu saya klaim bahwa itu adalah air kencing terindah dan tersehat yg pernah ada, bahkan saya pasang taruhan bahwa saya bersedia meminumnya lagi bila dibayar 500ribu, sayang mereka miskin semuanya jadi tidak ada yg berani bayar saya. Nah ditengah jalannya praktikum, saya tidak memiliki kerjaan lain selain mengagumi hasil karya saya sendiri, yaitu berupa air kencing tadi. Lalu tiba-tiba terjadi perdebatan antar kaum intelektual. Persis seperti perang antara Nietzsche dan Freud, antara Hegel dan Schopenhauer, antara Aristotels dan Plato, pokoknya siapapun yg melibatkan tokoh-tokoh besar.

Saya yg tampan :”tah ini namanya air kencing beul”

Teman saya yg hitam :”lain kehed, eta mah air seni”.

Saya yg tampan :”lain anying, nu kie mah air kencing’

Teman saya yg hitam :”lain goblog eta mah air seni”

Saya yg tampan :”sia buta, tingali beul ieu air kencing.”

Teman saya yg hitam :”lain zinc, eta mah air seni ari maneh”

Saya yg tampan : “eta si anjing..bla bla..

Teman saya yg hitam :”anjing..blaa blaa goblog..bla blaa”.

Sebetulnya masih banyak bahasa kebun binatang dalam debat intelek itu, tapi sayang harus saya sensor karena kata-katanya kotor. Entah kenapa teman saya yg lainnya malah diam, dan hanya memainkan matanya, seolah-olah mata mereka itu indah. ________oh CRAAAP ditengah dialog paanjing anjing itu lalu kami melihat bahwa dialog intelek itu telah direkam tanpa bilang-bilang oleh si pemegang handycam. Goblog ini namanya pencurian intelektual!!. Bahkan si aa itu sambi memegang handycamnya dia cengar-cengir mendengar dialog saya dan teman saya. Sementara kami sambil memegang air kencing yg jadi perdebatan itu lalu pasrah bahwa kami tidak akan naik kelas, sementara yg lainnya hanya diam, sepertinya mereka bahagia bila saya tinggal kelas, maka orang yg merepotkan ini tidak akan mereka temui lagi. Saya lupa berapa nilai saya pada praktikum tersebut, yg jelas setap kali saya bertemu dengan itu guru dia selalu tersenyum lebih tepatnya menertawakan!>

Sekian dan sekian.

Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar