Selasa, 06 Juli 2010

tentang hari ini.

Hari ini saya sedang kesal, k e s a l ! alasannya banyak, salah satunya barusan waktu pulang. Memang ketika sedang kesal, seolah-olah seisi jagat raya ini melakukan konspirasi untuk menambah kadar kekesalan saya. Lihat saja, apa-apaan tiba-tiba jalan Merdeka macet sampai Wastukencana. Alkisah saya pun mengambil jalan kekanan itu jalan apa namanya yg membuat saya keluar dari stasiun lalu saya teruskan menuju pasir kaliki, lalu disitu lurus terus sampai bosan. Nah bila melalui jalan ini saya bisa melewati jalan rahasia agar sampai lebih cepat, jalannya hanya bisa dilalui satu mobil saja, lalu masuklah saya kejalan itu, menyusuri jalan elok nan berliku tersebut, sampai di persimpangan goblog macet sekali pisan, seolah-olah hari itu ada Obama lagi Sholat di Mesjid itu. Dalam hitungan detik saya sudah berada ditengah puluhan motor, mau putar balik apa daya jalan tak muat, akhirnya saya merenung disitu. Penyebab kemacetan kali ini adalah motor yg banyak sekali pisan jumlahnya. Saya heran kenapa mereka pake motor sih? Kenapa tidak pake mobil? Kenapa tidak pake kereta api? Kenapa tidak pake pesawat terbang? Kan banyak kendaraan yg bisa kalian pakai, kalau saya kan jelas gk bisa nyetir mobil, kereta api, maupun pesawat makanya pake motor.

Anyhey sesampainya dirumah saya berniat baik untuk membagi kekesalan saya kepada orang lain, kan sudah saya bilang selain saya tampan sayapun dermawan. Saya ambil telepontangan. Lalu mulai mengetik. “Jerman VS Spanyol, taruhan jeng aing, mun maneh eleh maneh asup agama urang, mun aing eleh aing asup agama maneh”.lalu sent saya kirim itu sms kepada teman saya. Lalu lima menit kemudian, “agama maneh naon? Laina sarua islam nya?”. Oh demi Nietzsche, ternyata saya salah pijit, harusnya itu saya kirim kepada teman saya yg beragama Kristen, karena nama mereka berdekatan begitulah jadinya. Ah jadi kepikiran bikin agama sendiri. Agama yg cinta kedamaian, agama yg memuliakan orang lain meskipun tidak sepaham, agama yg tidak dijadikan alasan untuk memukul kepala anak kecil memakai bata. Ya itu agama saya, yg tidak merasa benar sendiri. Agama yg menuntun manusia, bukan membutakan manusia. Ya ya ya sudah sudah saya bosan.

Saya sudah maen game, baca buku, nonton dvd dan berbagai kegiatan menjemukan lainnya yg malah membuat saya makin kesal, ah lebih baik kita cerita saja dulu masa-masa kejayaan saya sewaktu sma, saat itu saya belum menyadari bahwa saya pemuda tampan dan terpilih.

Alkisah,

Saya masih ingat itu hari senin, pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yg indah disajikan sewaktu matahari tepat berada diatas kepala kalian. Waktu menunjukan pukul 14.00 WIB. Waktunya pulang sodara-sodara, kebetulan saya dekat sekali dengan guru itu, maka sebelum pulang dia menitipkan sesuatu kepada saya.

Bu Guru Bahasa Indonesia : “ fer tolong pangbuangkeun” (feryan yg tampan tolong ini dibuang) sambil memberikan keresek warna hitam.

Feryan Pemuda tampan : “siap bu” dengan penuh semangat karena ingin cepat2 pulang. Lalu dengan sukses bungkusan hitam itu mendarat ditempat sampah.

One day later.

Hari selasa Bhasa Indonesia digilir menjadi pelajaran pertama,

Lalu saya pagi itu dengan sigap duduk untuk siap menerima pelajaran Bahasa Indonesia, karena saya nasionalis sekali. Eh ternyata oh ternyata si Ibu enggan mengajar hari itu, beliau hanya meolongok dari pintu lalu memberikan instruksi berupa tugas halaman sekian sampai halaman sekian sekian. Nah tiba-tiba dia memalingkan muka kearah saya, saya yakin dan percaya demi Tuhan yg dibunuh Nietzsche bahwa dia akan memberikan ucapan terima kasih atas jasa-jasa saya kemarin. Lalu dia pun bilang.

Bu Guru Bhasa Indonesia yg diam di pintu: “Fer, Rujak ibu kemarin dikemanain?”

CRAAAP!! Semua mata mulai tertuju kepada saya, persis adegan di sinetron-sinetron sampah ala Indonesia.

Kaleeem bu! Rujak? Di tengah puluhan tatapan mata yg seolah-olah menuduh saya telah memakan rujak si ibu, lalu memori saya mencoba mengingat kembali apa sih bungkusan hitam yg si ibu berikan kemarin. oh mungkin itu rujak yg beliau maksud

Feryan yg tampan tapi meolongo :”Rujak mana bu?”

Bu Guru Bhasa Indonesia yg diam di pintu : “itu rujak yg kmren beru ibu beli. Kan suruhh DIBUMBUIN, ibu tungguin km gk dateng2 lagi?”

Feryan yg tampan tapi meolongo :”waah saya buang bu. Kan suruh ibu”. Masih muka saya melongo dan tanpa dosa (memangnya kau pikir salah saya apa??)

Feryan yg tampan mencoba membela diri :” wah bu, saya kira ibu suruh buang!”

(dear Feryan yg tampan tapi budeg, PANGBUMBUIN bukannya PANGBUANGIN.)

Dan itu saya berani menjamin sodara-sodara, seisi kelas itu tertawa, ya mereka menertawakan saya, sementara saya hanya bisa celingukan, si ibu pun hanya bisa cengar cengir, ya aloh gusti itu saya malu sekali. Oh ibuku yg kini entah dimana, maafkan saya telah membuatmu menunggu, dan lalu membuang rujakmu yg masih baru itu. Tapi sumpah itu kata terdengar sama ditelinga saya. Dan teman-teman kenapa kalian menertawakan saya waktu itu oh sungguh jahat sekali, meskipun kini saya sedang tertawa mencoba menebak bagaimana tampang saya waktu itu. ah memang indah untuk mengusir kesal ini.

oh ya minggu lalu dihari yg sama, saat itu saya sedang sibuk menggunting dan menulisi 7 slide karton. lalu sibuk menyusuri sepanjang jalan Muara- Antapani. lalu bertemu dengan dia, dia yg kini berada di status in relationship saya, dia yg kini menggantikan poster Nietzsche di hati saya. ya kamu taulah siapa dia ya ya ya...

and i love her.........

pasti itupun kamu tau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar