Minggu, 27 Juni 2010

Who in the world am I? Ah, that's the great puzzle.

Senin, 28 Juni,
Sepertinya saya pernah bermimpi bahwa disuatu senin yang subuh saya akan menulis sesuatu untuk blog sialan ini. Dan ternyata betul saja, masih pukul tiga pagi dengan mata yang lumayan berat untuk dibuka a.k.a tunduh. Tapi saya sedang ingin menulis, bukan apa-apa, karena seperti biasa penyakit lama saya kambuh lagi, meskipun saya tertidur tapi hati saya tetap terjaga (alaaah). Masih ditemani oleh Argentina melawan Meksiko di Rcti, dan Juventus vs Ac Milan di computer saya. Mata saya tertuju kepada laptop, tapi hati saya tidak, hati saya tertuju kepada seseorang nun jauh disana, seseorang yang kepadanya hati ini selalu teringat setiap malam, seseorang yg dimana harus saya serahkan kepadanya beberapa lembar uang biru karena kegoblogan perancis. Dialah dia teman saya, teman yg harus saya temui nanti siang, dan membayar sisa hutang saya, sebagai pria tampan saya tidak pantas punya hutang, apalagi punya hutang sm org jelek. Yah sudah saya BT.
Anyhey, blog ini mendapat respon lumayan. Beberapa org menyukai tulisan saya, beberapa menghina sekejam-kejamnya, beberapa menyuruh saya tetap menulis, beberapa mengingatkan dengan keras bahwa saya tidak berbakat, biarlah yang jelas saya masih waras, lagipula ini Negara bebas, tidak ada larangan untuk memuji ketampanan saya, kalo km ingin saya berhenti, segeralah keluarkan undang-undang atau minimal SK menteri. Dan bukannya sudah saya bilang dari awal, bahwa saya menulis untuk diri saya sendiri, untuk kesenangan saya, perihal bagus atau tidak itu urusan saya, kadang tulisan saya bagus, tapi kadang tuisan saya pura-pura jelek, kadang saya lupa memakai paragraph, kadang saya lupa menggunakan tanda titik, seperti sekarang ini, untung kalian tidak tau kalo saya adalah anak jurnalsitik.
Seorang teman bertanya, kurang lebih seperti ini pertanyaannya. Untuk apa saya menceritakan berbagai hal bodoh yang pernah saya alami. Dan untuk apa saya cape-cape mengetik panjang lebar. Saya jawab temanku yg baik dan caem disana. Bagimu mungkin itu hanyalah hal bodoh yg bisa kamu tertawakan sejenak, tapi tidak bagi saya. Bagi saya pria tampan ini, ya bagi saya itu adalah sebuah pengalaman, pengalaman yg selalu saya jadikan pembelajaran, pengalaman yg suatu kelak ketika saya sukses akan saya tertawakan, pengalaman yg akan mengingatkan bahwa meskipun saya seorang aktivis tapi tampak bodoh di depan wanita, ya pengalaman yg mengatakan bahwa pria hebat ini pernah minum air kobokan, ya itu memang hal bodoh tapi bukan berarti tidak berarti. Ini masalah eksistensi teman. Dimana seekor harimau harus memakan binatang lain untuk menunjukkan eksistensinya. Saya tidak harus memakan kamu kan? Karena saya ini pria tampan bukan kanibal.
Bagi km ini adalah dunia maya, bagi saya kehidupanlah dunia maya, inilah dunia nyata, dunia dimana saya bebas menjadi apa yg saya ingin. Saya tau bahwa saya bisa mengajarimu berbagai teori, tp itu tidak menjadikan saya yg sesungguhnya. Kenyataannnya adalah sebanyak apapun saya membaca buku, sebanyak apapun saya melakukan apa yg orang-orang bilang tu keren, nyatanya tidak membuat saya menjadi apa yg saya inginkan, masih saya harus berjalan tertunduk, masih saya harus takut ini dan itu, rasanya sangat tidak menyenangkan. Dan disini adalah dunia yg menyenangkan bagi saya. Kau tau kan Einstein? Dia bilang Ilmu itu penting, tapi Imajinasi lebih penting, biarlah saya mengikuti imajinasi saya, se-abstrak apapun dia, seliar apapun dia, bolehlah orang lain bilang saya kurang waras, bolehlah orang lain bilang saya alay, karena saya tau saya adalah neraka baginya, karena saya tidak seperti dia, karena dia tidak bisa seperti saya. Seperti yg Sartre bilang bahwa saya adalah subjek yg tidak bisa diatur oleh subjek lainnya. maka kenormalan km, kenormalan kalian, hanya akan menjadi sampah di mata saya, panggilah saya sesuka km, itu tidak akan menaikan nilai kalian di mata saya. Barangkali km perlu mencoba menjadi diri km sendiri, menjadi apa yg km mau, melakukan apa yg km ingin, hal itu menyenangkan, . Sebetulnya masih banyak yg ingin saya katakana, tapi hari sudah jelang pagi, saya malu sm matahari. Nantilah kita sambung.

Ditulis dalam keadaan gundah, resah dan gelisah, lapar serta haus.
Untuk seorang teman yg terus mengajari saya arti hidup. Selamat tinggal kawan, kau akan selalu kukenang. Loh km udah mati ya? Kan belum, saya senang kl km mati, gk usah bayar utang,

Regards,
Feryan Saputra.
“kita adalah yg terus berjalan tanpa pernah sampai pada tujuan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar