Sabtu, 26 Juni 2010

repost lagi : alay oh alay

Well, barangkali perbincangan mengenai alayisme perlahan mulai ditinggalkan, tapi tetap saja fenomena alay begitu dahsyat (lebay!!) sampai memunculkan sekelompok orang yg terang2an (krn kalo gelap2 an itu mah pacaran) membentuk komunitas anti alay dan menertawakan siapa saja yang mereka anggap alay! sebagai pembela kebenaran tentunya saya tidak boleh membiarkan polemik ini terus berkelanjutan, Tuhan telah menakdirkan saya untuk membela kaum lemah nan tertindas !!

Dalam karyanya Through The Looking Glass, Lewis Carroll melukiskan bagaimana hubungan antara kata-kata dengan ralitas:
"Ketika aku menggunakan suatu kata," kata Humpty Dumpty agak mencemooh,"makna kata itu kupilih sendiri--tidak lebih tidak kurang."
"persoalannya adalah"kata Alice,"apakah kamu dapat membuat kata punya banyak makna berbeda."
"Persoalannya adalah,"kata Humpty Dumpty,"Siapa yang menjadi Tuan---itu saja."

kita seringkali terjebak dalam mendefinisikan sebuah makna, seperti yang dilakukan oleh Humpty Dumpty dan Alice di atas. seorang teman selalu mengingatkan saya untuk berhati2 dalam menggunakan kata normal, kenapa? smpai saat ini saya msh linglung dlm mendefinisikan si normal dan si tidak normal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) normal adalah:
1 menurut aturan atau menurut pola yg umum; sesuai dan tidak menyimpang dr suatu norma atau kaidah; sesuai dng keadaan yg biasa; tanpa cacat; tidak ada kelainan: bayi itu lahir dl keadaan --;
2 bebas dr gangguan jiwa;
apabila diperhatikan lebih lanjut kata "pola yg umum","norma" atau "kaidah" merupakan sebuah definisi yg abstrak, jika sebuah penghuni desa atau kota semuanya GAY maka pola umum yg berlaku adalah GAY dan itu NORMAL. norma atau kaidah sendiri dibentuk oleh sekelompok masyarakat tertentu sehingga berbeda dengan golongan satu sama lainnya, tentunya Normalitas yg berlaku pun berbeda.
pada dasarnya tidak ada hubungan yg pasti atau hakiki antara suku kata dan makna yg dikandungnya, sebagaimana kata merupakan kesepakatan bersama begitu pula makna yg melekat kepadanya. Dan makna yang kita berikan kepada kata yg sama bisa berbeda-beda, bergantung pada konteks ruang, social-budaya, dan konteks waktu. Maka tidak ada mkna kata yg berlaku Universal.
Lalu bagaimana dengan alay?tidak ada definisi yg pasti mengenai alay, ada yg bilang anak lebay, anak layangan, info lebih lanjut : http://wekickpedia.wikia.com/wiki/Alay.
Cirri-ciri alay sangat abstrak dan banyak, saya berani bertaruh bahwa setiap orang di muka bumi ini alay (mengacu pd cirri-ciri alay). Saya sendiri kurang yakin kapan fenomena ini muncul, yg jelas beberapa hal penyebabnya boleh kita lihat.

1. Perbedaan Status Sosial dan Budaya.
Dari segi status social, kita tahu bahwa mayaoritas masyarakat Indonesia adalah kaum menengah kebawah dengan minoritas borjuis (saya berada di kaum borjuis yah). Dalam slh satu pengertiannya si anti alay menyerang kaum alay dengan mngatakan nbhwa mereka gemar mnggunakan barang palsu, bajakan, dll..hey pliss dah lha kl kemampuan ekonomi dia Cuma segitu kenapa? Apakah setelah orang miskin dilarang sekolah sekarang orang miskin dilarang bergaya? Bila mereka diberi kemampuan ekonomi yg lebih baik saya yakin mereka akan membeli produk dari Armani atau Gucci.
Dar segi budaya: kita sadar bahwa budaya berbeda tiap-tiap daerah, budaya boleh kita artikan sbg cara hidup suatu masyarakat. Cara hidup masyarakat pedesaan dan perkotaan tentunya berbeda. Ketika orang menyukai ST12 apakah itu salah?tentu tidak, masyarakat yg tinggal di desa tentunya tidak akan mengetahui band macam Boys Like Girl, The Windupdeads, Slade, Led Zappelin, dkk. Tentunya warna musik melayu mereka begitu kental dibanding masyarakat kota yg mengunyah banyak genre musik.

2. Pendidikan.
Tutur kata seorang akademisi akan berbeda dengan tukang becak (kita tahu itu!). pun dengan perilaku mreka. Mayoritas alayers adalah anak remaja, (anak kuliahan hanya segelintir). Saya sbg mahasiswa tdk bs memaksakan pikiran-pikiran saya kepada mereka, (hrskh sy blg pd anak SMP bhwa setiap agama itu menindas?sy kira tidak). Sekali lagi mslah yg muncul adalah kita cenderung mengukur org lain dgn diri kita sendiri. Ya sukur2 sih kl orang Indonesia Sarjana semua. Tp kan tidak demikian.


3. benturan kelompok
Apa yg anda buthkan untuk menjadi orang pintar? Orang bodoh. Karena dgn adanya org yg memiliki pengetahuan lbh rendah, anda akan muncul sbg si pintar. Sm halnya dgn fenomena alay, si alay dimunculkan untuk menjadi tolak ukur bagi kaum yg ingin dibilang keren. Karena setelah lepas dari ciri2 alay yg dianggap kampungan, alhasil mereka merasa berhak menyandang status keren. Konspirasi tingkar rendah.
(Jadi inget teori benturan peradaban..)

Kesimpulan:
alay adalah bagian dari perkembangan kehidupan masyarakat, terlepas dari berbagai definisi dan kategori yg rancu. Saya setuju bila seorang criminal tdk disukai. Tp bila menyamakan seorang tukang bikin onar dengan org yg kekurangan secara ekonomi. Oh saya kira mereka tidak pernah belajar ilmu logika. Jgn membandingkan apel dengan durian, walaupun sm2 namanya buah. Jadi alay bukanlah sebuah keburukan atau kejelekan. Kita perlu belajar bgmna cara menerima perbedaan yg ada. Dan bersyukutlah bagi anda yg hidup berkecukupan shngga mampu beli produk asli, pasang internet dan mengetahui info terkini, gaul, borjuis, kapitalis, komunis, dan lain-lain. Beberapa teman mngatakan saya alay (sy heran ukurannya ap) tp saya sih dgn sng hati mnrimanya toh mereka tdk mngerti apa itu alay. Sama halnya saya tidak pernah marah dibilang tidak normal. Ah itu kan abstrak..

nb:ditulis dalam keadaan lapar dan putus asa krn tdk mampu mengerjakan tugas Feature, harusnya si dosen tahu bahwa saya itu calon penulis sarkastik bukan humanistic. Oh yha sebetulnya yg ingin saya tulis itu tentang bahasa alay bkn alaynya, tp entah kenapa jadi begini, saya pun bingung. nexttime kali ya..

Nb lagi: kategori alay bertambah lagi. - alay ngaskus -
rata2 si para2 pendatang baru kaskus. It seems like they really need to embrace their kaskuser potential, sampai orang2 mengakui bahwa si “agan” dan “nyonya” adalah kaskuser sejati.
keberadaan mereka biasa ditandai dengan : sering ngatain orang alay, tapi dengan serabutan menggunakan kata2 khas kaskus bahkan di luar komunitas kaskus sendiri.
contoh aja ni.. misalnya saya update status di facebook, tiba2 cepet dapet komen, dan isinya?
“hahaha pertamax!”
wtf? ini bukan kaskus bung! ga perlu ditulis pertamax juga.. ga ada bagus2nya pertamax di status update, ga kompetisi ama sapa2 juga. nu-bi-tol.
contoh laen.. misalnya saya bikin notes.. tiba2 dapet komen yang isinya
“nais inpo gan!”
WOI. ini bukan kaskus! this.is.my.forum. bukan kaskus. and you. alay kaskus. must stay away from me.
would you pls?
(http://livinadream.multiply.com/journal/item/433/Alay_Mengalay_Alay)
memang aneh...sigh**

1 komentar: