Jumat, 09 Juli 2010

tentang saya dan si pacar.

When I see you smile

I can face the world

You know I can do anything

When I see you smile

I see a ray of light

I see it shining right through the rain.

Oh babe when I see you smile at me..

When I see you smile – Bad English


Musim panas 1999, Universitas Cornell menerbitkan riset yang isi pokoknya menunjukkan jika cinta sungguh merupakan obat-obatan. Persisnya, ia adalah campuran dari dopamine, feniletilamin, dan oksitosin di aliran darah yg mampu menghasilkan sensasi yg sering kita sebut “tergila-gila”. Ini serius loh, ini ilmiah. Cinta, kata para peneliti, pada kenyataannya merupakan bentuk kegilaan yg terinduksi secara kimiawi. Zzz bla bla bla…ya begitulah..

Karena postingan kali ini tentang cinta, maka saya akan menceritakan kisah cinta saya yg sangat dramatis.

Alkisah.

Disuatu siang yg sedikit mendung, saya memiliki janji bertemu dengan pacar saya, pacar saya yg sedang duduk diam dirumahnya. Oh ya hari itu saya harus kekampus dulu, memberikan tugas mata kuliah Pancasila kepada dosen, sebagai informasi kepada kalian, itu mata kuliah pancasila saya ngulang loh, hebat ga?hebatlah jelas, saya yg maha pintar ini berhasil ngulang dalam kuliah. Selesai memberikan tugas itu kepada meja, lalu saya hendak pergi dengan penuh semangat, tak lebih dari 2.3 menit kemudian, breet hujan datang. Seolah-olah Thor dan Zeus sedang bermain dengan menurunkan hujan. Ah taukah kalian, permainan kalian sungguh tidak lucu! Membuat saya terjebak dikampus yg suasananya begitu-begitu saja sejak saya masuk. Sekitar setengah jam saya menunggu, eh saya mendapat kejutan dari si pacar. Dia sms begini “yaudah aku mau tidur aja deh yang”. Bisa kalian bayangkan gimana tidak gendoknya saya hari itu. walhasil saya memutuskan untuk pulang walaupun itu hari masih hujan. Biar suasana menjadi dramatis. Biar dia tau kalo saya ujan-ujanan dan dia malah tidur…

*sedang dalam perjalanan.

Dia sms saya, saya jawab tanda tanyanya saja. Jadi saya jawab seperlunya, lalu akhirnya dia menyurus saya kerumahnya. Saya bingung, saya kan sedang pundung, tapi saya ingin bertemu dengannya. Maka saya niatkan dalam hati, sebuah niat yg mulia, sebuah niat yg begitu tulus, bahwa kelak dirumahnya saya akan pundung seharian, saya akan jutek, saya akan yah bayangkanlah gimana org yg sedang marah. lalu dia pun kelak akan membujuk saya, akan merayu saya, supaya diberi maaf, oh alangkah indahnya... Sepanjang perjalanan Tamansari-Antapani saya terus membulatkan tekad untuk marah. Di perjalanan hujan kembali menyerang, meskipun hujan deras saya tidak berteduh. Itu sengaja saya lakukan, suapay saya basah kuyup, untuk memperkeruh suasana. Seolah-olah ingin bilang sama dia, “ini nih liat, saya rela hujan-hujanan demi menemui kamu yg lebih memilih untuk tidur”. Masih di dalam hati saya berpikir, pasti dia akan meminta maaf kepada saya, dan akan membujuk saya , karena harap dicatat, saya sedang marah dan pundung.

Lalu tibalah saya didepan rumah beliau, dibutuhkan waktu yg lebih lama dari biasanya bagi dia untuk membuka pintu. Saya menduga dia sedang tidur. Tapi itu bagus, sehingga saya bisa siap-siap memasang muka jutek, untuk menunjukan semua misi saya. Lalu keluarlah dia itu pacar saya, coba tebak bagaimana raut mukanya?

  1. sedih karena saya marah.
  2. Cemas, resah dan gelisah.
  3. Tanpa ekspresi.

Jawaban mana yg kamu pilih kawan?sayang kamu salah. Dia keluar dengan muka riang, dengan senyumnya yg khas, dengan ketawanya yg saya hapal betul, sehingga membuat sayapuntergoda untuk cengar-cengir dan melupakan misi yg telah saya rancang sedemikian rupa. Alamaaak bagaimana bisa ini, saya kan sudah punya rencana yg matang untuk marah. Aah tidak semuanya berubah dengan seketika. Barangkali saat itu dopamine, feniletilamin, dan oksitosin sedang berpacu dalam darah saya, sehingga otak saya didominasi oleh emosi bukan rasio, ya saya tidak tahu jelas, yg jelas meskipun jaket saya basah berat, saya tidak peduli, saya bergegas melepasnya lalu masuk ke ruang tamu, lalu menemui pacar saya, lalu menceritakan semua rencana saya, dan dia tetap tertawa lalu saya pun tertawa, gerimis pun tertawa, thor pun tertawa, zeus pun tertawa. sampai malam tiba yg menyuruh saya untuk pulang, pulang kerumah tentunya sambil diantar senyumnya.

Hingga blog ini diturunkan saya masih tetap tersenyum, mengingat tingkah si pacar, betapa dia itu hebat, hanya dengan senyum bisa membuat marah saya hilang, betapa dia itu hebat, tidak pernah mengeluh meskipun saya ajak berpanas dan berdebu ria bersama si hitam, betapa dia itu hebat, tidak marah meskipun saya menjengkelkan, betapa dia itu hebat, mau menerima cinta saya yg sederhana, tidak perlu mobil, tidak perlu banyak uang, tidak perlu sepatu mahal, ya ya ya itu kamu yg hebat, Anisa Firdausi. Saya tau, kamu tau, semua orang tau; I love you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar