Selasa, 07 Mei 2013

kicau malam


Hampir, entah berapa lama tidak menulis dengan serius. Dengan serius maksudnya memuja dan mengganti kata panggilan orang pertama dengan sebutan pria tampan. Mungkin saya sudah terlalu jauh melewati fase itu. Tapi rasanya, rindu juga mendapat pujiang pria tampan, walaupun itu datangnya dari diri sendiri. Siapa lagi yang sudi, coba?

Anyhey.. belakangan ini sering menulis hal-hal yang romantis, yang menurut pandangan saya tidak terlalu berhasil. Walaupun saya tidak berhasil juga dalam menulis hal-hal non-romantis, tapi ada orang yang membacanya. Sekarang ini, entahlah. Lagipula blog ini jarang dipelihara. Kalau kalian punya indra ke-enam, kalian bisa melihat ada sarang laba-laba di mana-mana. Harus dibersihkan memang.

Masalah lain muncul, ketika mau menulis komedi seperti dulu kala. Kalau liat postingan beberapa tahun lalu, waktu saya memberanikan diri untuk menulis. Tulisan saya terlihat norak, berantakan, sekenanya, dll. Tapi ada keberanian di situ, saya menemukan diri saya ketika membacanya, karena saya menulis tanpa beban. Beda dengan sekarang, menulis dengan penuh beban, berusaha menulis serius, dan akhirnya berakhir dengan nista.

Tapi tidak perlu membahas masa lalu, karena kita sebagai manusia terus berubah. Sialnya, berubah ini bukan berarti menuju hal yang lebih baik. Contohnya saya sekarang. Dulu, saya adalah pria tampan dengan orak cemerlang. Pertanyaan yang keluar hanya sekitar, berapa banyak buku yang sudah saya tamatkan, atau sejauh apa perkembangan skripsi yang sedang saya kerjakan? Itu waktu saya masih mahasiswa. Sekarang, ketika saya sudah lulus lain soal. Meskipun ketampanan saya masih bertahan, tapi pertanyaan lainnya telah berubah. Tidak pernah ada orang yang bertanya buku apa yang sedang saya baca. Pertanyaan mereka kalau bukan, “kerja di mana?” pasti “gajinya berapa?” dan saya tidak bisa menjawab dua pertanyaan tersebut mengingat saya adalah seorang pengangguran.. pengangguran yang tampan.

Setahun lebih saya mencari-cari pekerjaan, masih belum juga dapat. Saya semakin yakin bahwa selain hidup itu tidak adil, hidup juga harus penuh penderitaan. Selain saya harus menjadi pengangguran dan menerima pandangan negatif secara sosial, saya pun harus menanggung derita akibat menerima nasihat macam, “Ayo dong cari kerja”, “Waktu terus berjalan, kamu harus cari kerja.” Semacam itu! Ada banyak sebetulnya kalimat yang saya terima, tapi itu sudah cukup mewakili. Menasihati orang yang frustasi itu lebih sulit daripada menasihati orang yang sedang jatuh cinta. Tentu saya kecewa terhadap mereka yang menasihati saya seperti itu. Bukan karena mereka menasihati, tapi karena mereka tidak melihat bahwa saya selama ini pun telah berusaha.

Ya aneh aja sih. Kadang kita merasa bahwa setidaknya ada satu orang yang bisa memahami kita, tapi ternyata orang itu memahami kita dengan keliru. Selamat, malam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar